PRARABDA KARMA PHALA
1.
Pengertian Prarabda Karma Phala.
v Prarabda Karmaphala adalah pahala dari perbuatan kehidupan yang sekarang, sewaktu
masih hidup, telah dapat dinikmati pada kehidupan sekarang juga. Prarabda Karmaphala itu dapat diartikan
sebagai karmaphala cepat.
v Prarabda
karma phala adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa
ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang
dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain
dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima
pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya
sekarang berbuat dosa, maka dalm hidup ini dirasakan dan diterima hasilnya
berupa penderitaan akibat dari dosa itu.
Prarabda
karmaphala disebutkan dalam sloka berikut:
Jnanodayat
purarabdham karma jnanana nasyati
Adattva
svaphalam laksyam uddisyotsrtabanavat
Artinya :
Seperti anak panah yang lepas dan busurnya langsung melesat mencapai target, karmaphala yang mulai berbuah sebelum timbulnya pengetahuan tidak akan dapat dihilangkan oleh pengetahuan tanpa memberikan hasilnya.
Kunang ikang wwang
angegong tukar, sadakaladunkha ika saparanya, solahnya, ring paturwan tuwi,
makanimitta, tan anggeh ni hatinya, kadi kramaning aturu ring umah mesi sarpa.
Sarasamuscaya. 98
Akan tetapi orang yang biasa atau selalu bertengkar
senantiasa ia resah, rusuh hati, kemanapun ia pergi; dan dalam semua
perbuatannya, meski di tempat tidur sekalipun, tidak tentram hatinya, sebagai
keadaan orang tidur dalam rumah yang berisi ular.
Samangke tan enak
turunya, pratyekanya, wwang alara, wwang hana kagelengnya, wwang umangenangen
sakaryanya, wwang saraga kunang.
Sarasamuscaya. 99
Artinya :
Yang lebih tidak enak tidurnya, ialah orang yang menderita
sakit, orang yang ketakutan, orang yang dibenci, orang yang sedang
memikir-mikirkan segala pekerjaannya, begitupun juga orang yang menderita cinta
berahi.
Apan ikang wwang
kakawaca dening krodhanya, salwirining pinujakenya, sawakaning pawehnya dana,
salwirning tapanya, salwirning hinomakenya, ika ta kabeh bhatara yama sia
umalap phalanika, tanpaphala iriya, twas nghel, matangnyat kawasakena tan
krodha.
Sarasamuscaya. 102
Sebab orang yang dikuasai nafsu murkanya, segala apa yang
dipersembahkannya, segala rupa barang yang diberikan sebagai sedekah olehnya,
segala tapa yang dilakukan olehnya, segala yang dipersembahkan sebagai kurban
kepada api olehnya, kesemuanya itu bhatara yama mengambl buahnya. Ia tidak
mendapat hasil apa-apa, kecuali kepayahan. Oleh karena itu, kuasailah kemarahan
hati itu.
Hana mangke
kramanya, tan katanam krodha, apageh ring kasatyan, tatan pamatimati, tan
dosagrahi, tuwi cuddhacara, samangkana kramanira, kadirghayusan pinangguh nira
dlaha, adyapi mangke tuwi.
Sarasamuscaya. 147
Ada orang yang berkeadaan begini: tidak dirasuki
kemarahan, selalu tetap berpegang teguh kepada kebenaran, selalu tetap
berpegang teguh kepada kebenaran, sekali-kali tidak melakukan perbuatan
membunuh, tidak berbuat jahat, benar-benar berkelakuan suci. Jika berkeadaan
demikian, usia panjang diperolehnya kelak, bahkan sekarangpun.
Kunang ika wwang
tapwan hana pwa inalapnya, drbyaning asing-asing, ya ika wastuning tan hana
katakutnya, lilasing saparanya, kunang ikang maling ngaranya, sakwanyan sarwa
sangcaya irinya, nihan padanya kadi kramaning mraga mara ring grama.
Sarasamuscaya. 150
Orang yang tidak pernah mencuri barang-barang kepunyaan
siapapun juga, baginya sesungguhnya tidak ada yang ditakutinya, selalu gembira
kemanapun perginya. Sebaliknya, yang disebut pencuri, kemanapun perginya serba
merupakan kecurigaan baginya, demikianlah keadaannya sama seperti seekor kijang
atau seekor binatang liar yang masuk ke dalam desa.
Yadyapi brahmana
tuha tuwi, yan dussila, tan yogya katwangana, mon sudra tuwi, dharmika, susila,
pujan katwangana jugeka, ling sang hyang aji.
Sarasamuscaya. 161
Meski brahmana yang berusia lanjut sekalipun, jika
perilakunya tidak susila, tdak patut disegani. Biar orang sudra sekalipun, jika
perilakunya berpegang kepada dharma dan kesusilaan, patutlah ia dihormati dan
disegani juga, demikian kata sastra suci.
Ulah rahayu mara
hetunikang wwang kinawruhan kasujanmanya, yadyapin hilanga ktang kawwangan, yan
susila ikang wwang, ndan kinawruhan muwah kawwangan ika.
Sarasamuscaya. 163
Tingkah laku yang baik sesungguhnya merupakan sebab orang
dikenal berkelahiran mulia. Biarpun silsilah keturunannya sudah tidak ada lagi,
asalkan orang itu berkelakuan susila, akan diketahui pula aka nasal keturunan
orang itu.
Manasam
manasaiwayam
Upabhungkte
cubhacubham
Waca waca krtam karma
Kayenaiwa ca
kayikam.
Menawa
Dharmasastra. XII. 8
Orang memperoleh akibatnya baik atau buruk dari pada
tingkah laku perbuatan badannya, pikiran pada pikirannya, dan perkataan dalam
ucapan kata-katanya.
Tatra yatpriti
samyuktam
Kincidatmani
laksayet
Pracantamiwa
cuddhabham
Sattwam tad
upadharayate
Menawa
Dharmasastra. XII. 27
Kalau orang mengalami pada jiwanya perasaan nikmat yang
mendalam seperti halnya sinar cahaya yang suci, hendaklah mereka mengetahui
bahwa kebaikanlah itu ada diantara ketiga sifat itu.
Yatha jatabalo
wanhir
Dahatyardranapi
drumah
Tatha dahati
wedajnah
Karmajam dosam
atmanah
Menawa
Dharmasastra. XII. 101
Laksana api yang memperoleh kekuatannya bahkan akan
memusnahkan semua pohon-pohon kayu yang penuh parit. Demikianlah ia yang mengetahui
Weda membakart noda-noda semua atas jiwanya yang lahir karena perbuatan
jahatnya.
2. Contoh-contoh
Prarabda Karma Phala:
Ø
Bila
anda mencaci seseorang tanpa alasan jelas, maka anda di pukul dan sakit.
Ø
Kita
bekerja untuk mendapatkan hasil kerja untuk menikmati kehidupan yang lebih
baik.
Ø
Saat
kita mencubit lengan (sebab), maka rasa sakitnya (akibat) dapat dirasakan
secara langsung pada saat itu juga.
Ø
Seorang
mencuri sepeda motor, kemudian dia dihakimi oleh warga sampai tewas.
Ø
Seseorang
melakukan kegiatan korupsi, kemudian dia langsung dihukum penjara seumur hidup.
Ø
Sekelompok
orang yang melakukan kegiatan terorisme, kemudian dia ditangkap dan diberi
hukuman mati.
Ø
Seseorang
yang menggit cabe pasti akan langsung merasa pedas.
Ø
Seorang
siswa yang menyontek dan ketika ketahuan dia mendapatkan nilai
jelek serta hukuman dari gurunya .
Ø
Anda
rajin menanam mangga, maka menikmati buah mangga, rajin membantu orang tua,
disayang orang tua, rajin menyanyi istri dan anak-anak, merekapun akan
menyayangi anda.
No comments:
Post a Comment